Posted on: April 15, 2021 Posted by: sasya semitari Comments: 3

Sebenarnya, blog ini sudah lahir sejak tahun 2017. Saat itu, saya berniat (mau) aktif nge-blog demi masa depan. Hmm lebih tepatnya, pengen jadiin blog ini sebagai salah satu medium portfolio tulisan-tulisan saya.

Saya yang suka menulis sejak SMP, pernah beberapa kali bikin blog. Masih menggunakan blogspot pada saat itu. Namun, blog hanya berjalan hingga paling banyak dua tulisan. Dan berakhir pada penutupan blog itu sendiri.

Singkat cerita, saat itu saya berumur 20 tahun. Sudah berada di bangku perkuliahan. Saya pun mulai memikirkan masa depan. Merencanakan dan memperkirakan apa yang ingin saya lakukan setelah lulus kuliah. Dan hal apa yang perlu saya persiapkan agar bisa menjalani pekerjaan impian saya di masa depan.

Maka, lahirlah blog ini. Dengan niat bisa menjadikan blog yang satu ini sebagai sumber penghasilan saya.

Sumber penghasilan yang seperti apa?

  1. Sumber penghasilan yang langsung dari blog itu sendiri. Adsense, misalnya.
  2. Kerja sama dengan pihak lain yang menyukai tulisan saya.
  3. Bekerja di media online berkat terlatih menulis di blog.

Lebih kurang 4 tahun berjalan, blog-nya masih sepi. Dengan segala alasan (menyalahkan keadaan–masih sibuk kuliah saat itu), saya tidak bisa menghidupkan blog ini.

Yang artinya, ke-3 keinginan saya untuk menjadikan blog ini sebagai sumber penghasilan pun belum terealisasikan.

alasan di balik keinginan untuk fokus di blog

“Lalu, mengapa sekarang tiba-tiba ingin menghidupkan blog ini kembali? Bahkan memutuskan untuk fokus di sini?”

Ada beberapa hal yang membuat tahun 2021 ini berhasil menyemangati saya untuk fokus nge-blog (dan semoga benar-benar bisa mendapatkan jalan karier dan penghasilan di sini).

Pertama, saya sudah menganggur sejak akhir 2019. Ya, sudah satu tahun lebih. Bukan berarti saya tidak melamar kemana-mana dan menyerah begitu saja. Bukan. Bahkan, sampai detik ini saya masih aktif mengirim CV ke berbagai perusahaan.

Entah salah di mana. Sudah bukan waktu yang tepat juga buat saya terus-terusan menyalahkan keadaan alias pandemi. Sebab, banyak tuh teman-teman saya yang juga berhasil mendapatkan pekerjaan.

Karena sudah nggak tepat untuk menyalahkan keadaan. Maka, saya semakin sering intropeksi diri.

Salahnya di mana?

Pic by pikisuperstar on freepik.com

Hmm saya jadi teringat kata banyak orang. Kalau kerja, di mana saja. Apalagi fresh graduate, kerja apa aja, yang penting kerja dulu.

Pun maunya saya seperti itu. Awal lulus, lamaran kerja saya nggak jauh-jauh dari jurusan kuliah saya. Ya kalau nggak nulis, ya berkaitan dengan penyiaran lah pokoknya.

6 bulan berjalan, mulai lamar untuk posisi lain yang saya sama sekali belum pernah lakukan. Ya lamar untuk posisi administrasi lah, data entry lah, dan lainnya.

Tapi, itu mungkin menjadi salah satu kesalahan saya juga. Saya belum punya pengalaman di bidang tersebut, tapi sudah melamar. Paling nggak, seharusnya saya kembangkan dulu potensi dan skill saya di bidang terkait, betul?

Akhirnya, tanpa terasa satu tahun telah berlalu. Saya balik lagi fokus melamar ke pekerjaan yang saya bisa dan memang sudah ada pengalaman di sana. Menulis. Beberapa interview dan skill assignment sudah dilalui. Tapi, panggilan lebih lanjut belum ada yang sampai ke e-mail dan Whatsapp saya.

Tak terasa, masuk lah tahun 2021.

Suatu waktu dipertemukan atas rencana Allah dengan seseorang di LinkedIn. Yang menghantarkan saya pada sebuah pelatihan sertifikasi. Dan hal itulah yang membuat saya seakan memiliki rencana lagi untuk masa depan.

Sebab, jujur, sejak 6 bulan menganggur–sampai nggak terasa sudah satu tahun lebih–saya hampir galau setiap hari. Banyak yang dipikirkan.

Terus sempat mikir, “apakah ini termasuk fase quarter life crisis? atau emang galau karena nganggur aja?”

Apakah kamu sedang mengalami hal serupa dengan saya? Masih sibuk mencari pekerjaan? Atau sedang mengalami fase quarter life crisis?

Semoga kita disegerakan mendapat jawaban dan jalan terbaik ya.

Oke, lanjut ke hal yang membuat saya memberanikan diri untuk fokus nge-blog.

Alasan kedua ialah ketika saya dipertemukan dengan salah satu mentor menulis. Ialah Ka Dwi Andika Pratama atau akrab dipanggil Kadika.

Saya nggak terlalu ingat tepatnya kapan. Tapi, perkiraan antara bulan Februari dan Maret, tiba-tiba akun LinkedIn saya dapat request connection. Dan itu adalah dari Kadika. Saya nggak tahu alasan kenapa Kadika duluan yang invite saya. Dan bagaimana bisa tahu akun LinkedIn saya, serta mengapa mau meng-invite saya.

Ya, saya jadi terpikirkan, kalau ternyata saya belum menanyakan hal tersebut langsung ke beliau.

Jujur, awalnya saya sama sekali nggak tahu Kadika. Pun background pekerjaannya seperti apa. Beliau siapa, dan lainnya. Maka, langsung saya periksa profil LinkedIn-nya. Dan hal pertama yang menarik perhatian saya adalah tulisan,

“ImpactfulWriting.com – Founder” yang tertera di sana. Saya langsung penasaran dong. Mengingat saya suka menulis. Maka, saya langsung bertanya-tanya,

“ImpactfulWriting.com ini tempat apa ya? Kok ada founder-nya?

Media online kah? Bisa dong saya kerja di sana?

Begitulah kira-kira pertanyaan yang langsung menghampiri pikiran saya. Yap, jujur, saya langsung terpikirkan pekerjaan.

Sempat mikir, “jangan-jangan ni founder-nya lagi nyari karyawan baru?”

Ya, begitulah lebih kurang. Cukup ngarep memang. Hahaha.

Akhirnya, saya cari tentang tahu tentang ImpactfulWriting.com via internet. Dan langsung lah ketemu website-nya dengan mudah.

Saya baca semua isi website-nya. Hingga menemukan satu hal yang menarik perhatian saya. Hal tersebut terpampang jelas di bagian depan website.

Yakni tulisan “CERTIFIED IMPACTFUL WRITER.”

Langsung saya klik-lah bagian itu. Ternyata saya diarahkan ke bagian lain. Ada penjelasan detail di sana terkait pelatihan sertifikasi menjadi penulis yang berdampak (impactful).

certified impactful writer memantapkan niat saya

Satu hal yang menarik perhatian saya saat membuka bagian Certified Impact Writer adalah ketika ada tulisan,

“Bagaimana menjadi Content Writer dan Copywriter yang Dicari Perusahaan dan Menghasilkan Pendapatan Meski Minim Pengalaman?

Poin Content Writer; Dicari Perusahaan; Menghasilkan Pendapatan; Minim Pengalaman lah yang berhasil membuat saya lanjut membaca terkait program Certified Impactful Writer tersebut.

“Saya suka menulis, maka saya ingin menjadi Content Writer.”

“Saya ingin dirilik perusahaan karena hasil tulisan saya.”

“Saya ingin mendapatkan penghasilan dari menulis.”

“Dan saya masih minim pengalaman.”

Banyak penjelasan detail yang dipaparkan di sana. Dari mulai alasan mengapa Content Writing dan Copywriting menjadi pekerjaan yang sangat dibutuhkan sekarang ini dan di waktu mendatang.

Dipaparkan pula testimoni yang pernah ikut pelatihan sertifikasi tersebut. Serta menjelaskan bagaimana kamu bisa mendapatkan penghasilan dari menulis, meski tidak tergabung dengan sebuah perusahaan.

Untuk info lengkapnya, kamu bisa langsung klik di sini.

Setelah tahu lebih kurang tentang ImpactfulWriting.com, dimana mereka mewadahi beberapa pelatihan, termasuk Certified Impactful Writer, saya langsung membaca lebih jauh lagi terkait Kadika.

Akhirnya, sedikit banyak saya mengetahui pengalaman Kadika, dimana beliau memang sudah lama fokus menulis. Bahkan, semuanya dimulai dari nge-blog.

Merasa berkaitan dengan saya–mau fokus nge-blog lagi–saya ingin lebih kurang seperti Kadika. Yang artinya saya bisa mengembangkan karier dengan menulis, dan dimulai dari nge-blog.

Sebab, dari nge-blog, beliau berhasil–salah satunya–menjadi kepala Digital Marketing di ENS. Dan beberapa pekerjaan menulis lainnya tanpa melamar ke perusahaan-perusahaan.

Ya, beliau ditawari. Itu semua karena dimulai dengan nge-blog dan beliau tahu formula menulis yang berdampak dan agar bisa dilirik perusahaan dan pihak lain. Ditambah, beliau sampai berhasil membuat tempat pelatihan sendiri untuk membagikan ilmu ke orang banyak lainnya.

Dari situ saya semakin yakin untuk coba ikut kelas Certified Impactful Writer.

Namun, jujur, awalnya, selain ingin belajar terkait kepenulisan. Sebenarnya, saya ikut pelatihan sertifikasi tersebut agar ada kegiatan saja.

Awalnya saya mikir,

“biar nggak keliatan nganggur-nganggur amat, gue ikutan aja kali ya pelatihan ini. Jadi nanti kalau lamar kerja, kalau ditanya kesibukannya ngapain aja saat cari kerja, ya biar gue nggak disangka gabut.”

Harganya juga lumayan murah karena banyak diskonnya. Materinya juga banyak, dari modul sampe video penunjang.”

Dan ternyata, setelah daftar dan mendapatkan semua modul materi serta mentoring, saya tidak menyesal!

apa saja yang dipelajari di program certified impactful writer?

Banyak!

Kadika banyak cerita pengalamannya juga di kelas sertifikasi ini. Banyak modul materi penting yang diberikan oleh Kadika, berdasar pada pengalaman beliau, dan teori atau formula menulis yang beliau temukan dan rangkum sendiri.

Selain modul bacaan yang bisa kamu miliki selamanya. Kamu juga akan mendapatkan sesi mentoring. Di sesi mentoring ini kamu bisa menanyakan banyak hal yang lebih detail atau hal apapun yang berkaitan dengan menulis–Content Writing dan Copywriting.

Modul materi yang diberikan benar-benar dijelaskan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh semua pihak.

Bagi kamu yang merasa kurang suka membaca, tapi tertarik untuk belajar terkait Content Writing. Jangan khawatir. Modulnya disajikan dengan ringan–meski ilmunya sangat “berat”–dan seakan berdiskusi dan berdialog dengan Kadika melalui tulisan.

“Jadi, apa yang saya dapatkan di kelas sertifikasi ini?”

Ada beberapa hal yang ternyata itu menjadi alasan mengapa selama ini saya susah menulis konten.

Alasan mengapa saya susah mencari konten yang ingin ditulis dan nggak tahu bagaimana mengolahnya. Alasan mengapa tulisan saya selama ini seperti lari-lari tanpa arah.

Sekarang saya juga masih berproses sih. Namun, perbedaannya mulai terasa bagi diri saya sendiri.

Perbedaan dalam hal apa?

Perbedaan dalam hal saya akhirnya mengetahui konten apa yang harus saya tulis.

Saya mulai memahami kriteria atau tipe konten yang bisa ditulis.

Dan saya mengetahui formula menulis yang berdampak.

———————————————————————-

Ada beberapa materi yang membuat saya, “oh ternyata karena ini toh makanya selama ini gue nggak tahu nulis yang baik dan benar.”

“ah pantesan selama ini gue bingung mau nulis apa. Ternyata karena gue nggak tahu tipe konten yang bisa ditulis.”

Dan masih banyak lagi hal yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya menulis ya sekadar menulis.

Nggak masalah sebenarnya. Toh blog ini pun blog pribadi. Maka, terserah kamu dan saya, ingin menjadikan blog pribadi kita seperti apa. Serta dengan penulisan, tata bahasa, dan konten seperti apa.

Namun, ketika kamu ingin fokus menjadi Content Writer, dan menjadikan blog sebagai salah satu medium untuk menarik orang lain dan perusahaan untuk bekerja sama dengan kamu. Maka, ada cara yang harus dilakukan.

Ada formula penulisan yang perlu kamu lakukan agar tulisan kamu nggak berantakan.

Agar tulisan kamu terarah.

Dan yang terpenting adalah agar tulisan kamu berdampak.

Ada 3 formula utama yang Kadika bagikan di pelatihan Certified Impactful Writer.

Pun Kadika membagikan 3 tipe konten yang bisa kamu tulis, yang mungkin selama ini belum kamu ketahui, seperti saya saat itu. Saat baca penjelasan tersebut dari Kadika, saya langsung menemukan cara mudah untuk mendapatkan konten dan mengolah konten tersebut untuk menjadi tulisan berdampak (+ 3 formula utama itu pastinya).

3 formula utama dan 3 tipe konten tersebut nggak bisa saya bagikan di sini. Ilmunya mahal, gaes. Hahaha. Lagipula, nanti kalau saya keliru di beberapa hal kan jadi sayang ilmunya nggak full.

Jadi, mending kamu langsung saja belajar dengan sumbernya. Dengan “peracik” ilmunya. Kadika. Kamu bisa cek di sini. Kamu nggak akan nyesel, karena banyak ilmu lainnya yang diberikan Kadika.

Kadika pun menjelaskan sistematis penulisan agar enak dibaca. Serta kiat-kiat untuk menjadi Content Writer freelance.

Nggak mudah loh menjadi Content Writer freelance yang masih awam. Kamu mungkin masih belum mengetahui terkait pembayarannya, harga per tulisan, dan lainnya.

Kalau salah “gerak,” nanti bisa-bisa tulisan kamu dibayar terlalu murah oleh klien. Atau mungkin kamu memasang harga terlalu mahal. Akhirnya, lepas lah kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak lain.

mulai terarah untuk memulai fokus nge-blog dan menjadi content writer

Setelah mengetahui 3 formula utama menulis berdampak dan 3 tipe konten, serta ilmu lainnya terkait kepenulisan. Saya menjadi semakin terarah dan yakin untuk fokus dan serius di bidang ini.

Dengan harapan, pun saya bisa berkarier di bidang ini. Mendapatkan penghasilan dari nge-blog dan Content Writing.

Serius. Tidak sekadar menjadi perencanaan saja.

Dan direstui oleh kedua orang tua.

Bantu do’a, gaes. Hahaha.

Oke, jadi selain 3 formula utama dan 3 tipe konten. Ada hal yang menarik perhatian saya dari materi yang diberikan Kadika.

Dan ternyata, hal tersebut yang membuat saya tahu apa yang harus saya lakukan pertama kali untuk memulai karier di dunia Content Writing ini.

  1. KREASI
  2. PRESTASI
  3. SERTIFIKASI

3 hal itu yang dianjurkan oleh Kadika, dan menjadi langkah untuk saya memulai karier di bidang ini.

Kreasi, ya harus semakin rajin menulis.

Prestasi, bisa dilakukan dengan partisipasi dalam lomba blog dan/atau menulis lainnya. Setelah dapat penghargaan dari lomba-lomba tersebut, pihak luar akan lebih percaya dengan kualitas tulisan kita. Begitu kata Kadika.

Sertifikasi, ikut pelatihan yang bersertifikat. Seperti Certified Impactful Writer, misalnya. Dengan adanya sertifikat, lagi-lagi, pihak luar akan lebih percaya untuk bekerja sama dengan kita.

Kamu pun bisa ikut menerapkan 3 hal itu. Ilmu yang dibagikan oleh Kadika tersebut saya rasa berguna dan bisa diaplikasikan di berbagai bidang, bukan hanya menulis.

hal yang perlu disiapkan untuk fokus nge-blog dan berkarier di dunia content writing

Setelah memantapkan diri untuk fokus nge-blog dan (berencana) berkarier di dunia content writing. Maka, ada hal yang perlu disiapkan.

1. menentukan tema konten blog

Kadika sempat membagikan bahwa, “menulis lah konten yang disukai dan dikuasai.”

Saya langsung terpikirkan untuk menulis konten hiburan, bisa itu film, drama, dan musik. Di sisi lain, sempat terpikir, “ah kayaknya udah banyak yang nulis tentang itu.”

Apakah kamu pun pernah berpikir dan mengalami hal seperti itu? Jika iya, maka kita sama.

Namun, ada pembelajaran yang saya petik semenjak ikut Certified Impactful Writer. Salah satunya ya terkait permasalahan seperti di atas.

Yang saya ingat betul adalah, Kadika mengatakan bahwa setiap orang memiliki sudut pandangnya sendiri. Memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.

Artinya, mau tema kontennya sama pun, kita pasti punya sudut pandang unik yang berbeda dengan yang lain, betul?

Itulah yang saya usahakan untuk diterapkan.

Kalau sibuk mikirin orang lain sudah menuliskan tema serupa, mau kapan mulai nulisnya, dong?

2. Terus menulis, jangan berhenti!

Ya, ini sudah pengungkapan yang paling benar. Karena pada tahun 2017, ketika saya mulai berhenti menulis, di situ lah momen di mana saya semakin malas untuk melanjutkan blog.

Kalau sudah sekali berhenti, memang bisa mematahkan semangat.

Dan bicara tentang menulis, maka kalau tidak diasah alias terus dilatih, maka kita tidak akan terbiasa mengolah kata-kata dan menciptakan konsep tulisan.

3. banyak belajar dan membaca

Ini yang juga masih menjadi PR bagi saya.

Saat masih di bangku sekolah (sebelum kuliah), saya termasuk orang yang sangat suka membaca. Tapi, entah kenapa buku bacaan saya mulai berkurang sejak kuliah. Hmm.

Maka dari itu, ini yang ingin saya tanamkan lagi. Untuk lebih banyak membaca buku.

Sebab, merujuk poin no.1, bagaimana kita bisa mendapatkan banyak sudut pandang yang berbeda bila kita tidak terbiasa untuk membaca banyak buku.

Dan kalau kurang bacaan, maka sangat terasa kosa kata kita pun sangat minim.

Selain itu juga harus lebih banyak belajar. Belajar apapun, terutama terkait Content Writing ini.

Kamu pun bisa belajar apapun, terutama materi yang berkaitan dengan bidang yang kamu jalani.

Sekarang ini saya mulai aktif mencari webinar-webinar terkait kepenulisan. Belum lama ini saya ikut webinar yang membahas tentang profesional blogger.

Tepatnya membahas tentang sumber-sumber penghasilan yang bisa dihasilkan dengan menulis blog.

Webinar ini diselenggarakan oleh BloggerHub dengan Mas Sinar Hadi Wijaya sebagai pembicara. Webinar yang berlangsung selama lebih kurang 1 jam itu, membahas tentang sumber-sumber penghasilan sebagai blogger.

Pic by BloggerHub

Saya mendapat gambaran sumber-sumber mana saja yang bisa dijadikan penghasilan ketika nanti saya sudah lebih fokus untuk nge-blog. Seperti dari adsense, affiliasi link, penempatan iklan, bekerja sama dengan agency, dan masih banyak lagi.

Namun, diluar membahas sumber penghasilan, fokus utama saya tetap di konten dulu. Karena konten adalah yang utama dan terpenting.

Rapihin konten dulu. Tulis yang rapih dan berdampak. Nanti Insha Allah penghasilan akan menyusul, bukan?

Dan kalau memang mau serius di bidang ini–meski kerja secara independen–maka lakukan pekerjaannya seperti yang dilakukan pekerja kantoran pada umumnya. Ialah 8 jam sehari. Begitu pesan Mas Hadi.

Kamu pun bisa menerapkan itu. Bila kamu memilih untuk kerja freelance atau secara independen.

Di sisi lain–seperti keluh kesah yang mendorong saya menuliskan blog ini–saya penasaran, apakah umur 24 tahun sudah masuk kriteria telat untuk aktif nge-blog?

Apakah tidak terlalu telat untuk menjadikan blog dan content writing sebagai proses karier saya ke depannya?

Namun, saya cukup dibuat lega dan tenang oleh pernyataan Mas Hadi, bahwa umur produktif untuk nge-blog adalah antara 21 hingga 35 tahun.

Oke, gapapa saya “telat” 3 tahun. Hahaha.

———————————————————————-

Sekiranya begitu alasan saya ingin fokus nge-blog dan coba berkarier di dunia content writing.

Meski jujur, masih ada rasa khawatir, apakah telat untuk memulai di usia sekarang ini? Ditambah situasi yang memang sedang dalam keadaan menganggur. Seperti ada perasaan ingin cepat-cepat dapat pekerjaan, gitu. Sedangkan, nge-blog ini kan pekerjaan yang panjang hingga baru bisa mencapai suatu “titik terang.”

Hmm tapi, kalau terus-terusan menggalaukan hal “sedehana” seperti itu, nanti situasi seperti tahun 2017 terjadi lagi, bukan?

Ya, di sini saya berharap bisa tawakal untuk memilih karier di sini. Semoga bisa benar-benar serius berkarier di dunia content writing–dimulai dengan fokus nge-blog.

Pun dengan kamu ya.

Bila kamu sedang dalam fase quarter life crisis atau masih sibuk mencari kerja. Semoga bisa segera mendapatkan jawaban bagi diri kamu sendiri.

Jawaban yang terbaik bagi diri kamu.

Kalau masih di dalam tahap galau-galau seperti saya. Semoga kamu bisa mengerjakan apa yang kamu inginkan. Atau mengerjakan apapun yang terbaik dan yang tidak merugikan kamu.

Semoga kamu dan saya–kita–bisa dikelilingi orang-orang yang mau membimbing kita ke arah yang lebih baik lagi. Semoga kamu bisa mendapatkan mentor seperti itu.

Semangat!

Pic by pikisuperstar on freepik.com

———————————————————————-

Featured pic by pikisuperstar on freepik.com

3 People reacted on this

  1. Saya juga mulai aktif ngeblog pas usia 26 th. Hahaha. Saya rasa ngga ada batasan umur sih untuk ngeblog. Mulai nulis dari hal yg kita suka dulu. Semangat ngeblognya.

Leave a Comment